Banjarbaru, 20 Oktober 2025 — Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun WALHI ke-45 pada 15 Oktober dan juga Hari Pangan Sedunia 2025 pada 16 Oktober, pada Kamis (16/10), WALHI Kalimantan Selatan menggelar serangkaian kegiatan dengan tajuk “Konsisten Berdiri Bersama Rakyat untuk Indonesia dan Banua yang Adil dan Lestari”. Tajuk yang diambil ini juga selaras dengan tajuk WALHI secara nasional, yaitu “Poros Keadilan Ekologis, Melawan Oligarki, Memulihkan Demokrasi”.
Sejak sore, aktivitas diisi dengan aksi bagi-bagi sayuran lokal di depan Rumah Gerakan Rakyat WALHI Kalimantan Selatan, Banjarbaru. Sayur mayur langsung dibeli melalui petani di Landasan Ulin. Aksi sederhana ini menjadi simbol solidaritas dan pengingat bahwa sumber pangan sejati berasal dari tanah dan kerja rakyat, bukan dari sistem industri yang merusak.

“Membagi sayur bukan sekadar berbagi bahan pangan, tapi berbagi kesadaran. Kami ingin menunjukkan bahwa pangan yang sehat dan adil lahir dari bumi yang dirawat, bukan dieksploitasi,” ujar Manajer Advokasi dan Kampanye, M. Jefry Raharja.
Kegiatan berlanjut pada malam hari dengan diskusi reflektif yang menghadirkan aktivis senior WALHI Kalsel, jaringan organisasi rakyat, anggota individu dan lembaga WALHI Kalsel, mahasiswa, komunitas, jurnalis, akademisi serta pemerhati lingkungan. Diskusi ini menjadi ruang untuk merenungkan 45 tahun perjuangan WALHI dalam membela hak-hak rakyat atas lingkungan hidup yang berkeadilan serta menyoroti tantangan pangan di tengah krisis iklim dan dominasi korporasi serta sebagai ruang interaksi merefleksikan kerja WALHI Kalsel bersama jaringan.

“Refleksi ini penting agar kita tak lupa bahwa perjuangan lingkungan dan pangan adalah perjuangan kemanusiaan. Saat sawah berubah jadi tambang, dan sungai berubah jadi limbah, kita kehilangan lebih dari sekadar sumber hidup, kita kehilangan masa depan,” tutur Rudy Fahrianor selaku Deputi Internal dan Program.
Irus, salah seorang perwakilan dari organisasi rakyat Tabuan yang ada di Jejangkit, Barito Kuala bercerita tentang perlawanan warga Jejangkit terhadap perusahaan sawit. “Kami didampingi oleh WALHI Kalsel untuk berlawan saat posisi kami dalam kebingungan,” ujarnya.
Tak kalah semangat, perwakilan Aliansi Masyarakat Peduli Kandangan Lama (Al-Kalam), Tanah Laut menyatakan kesiapannya untuk selalu beriringan jalan dengan WALHI Kalsel. “Kami siap, kami selalu siap untuk berdampingan dengan WALHI Kalsel dalam perjuangan rakyat,” ucap Arista selaku perwakilan Al-Kalam.
Dari Banjarbaru, hadir pula Karang Taruna Tunas Muda Ulin Utara (Karta) dan Forum Pedagang Kaki Lima Murjani (FORKAMU) sebagai dampingan WALHI Kalsel yang turut meramaikan kegiatan.
WALHI Kalsel menegaskan kembali bahwa Kalimantan Selatan membutuhkan reformasi tata ruang dan arah pembangunan yang berpihak pada petani dan ekosistem yang berkelanjutan, bukan pada kepentingan ekstraktif. Momen ini menjadi pengingat bahwa kedaulatan pangan harus dibangun di atas keadilan ekologis dan keberlanjutan hidup rakyat. Di Kalimantan Selatan, WALHI aktif mengadvokasi menyuarakan isu tambang, sawit, hutan Meratus yang merusak lingkungan hingga hak-hak masyarakat adat dan petani kecil sejak era 90-an akhir. Selama 45 tahun, WALHI terus berdiri bersama rakyat, memperjuangkan lingkungan yang sehat, adil, dan berkelanjutan.
